Hanya ada satu Sampoerna yang nyaris berusia 100 tahun. Ini bukan
usia hidup seseorang, tapi kita bicara reputasi. Sampoerna merupakan
contoh apik bagi “kesempurnaan reputasi”
Berawal dari bisnis rokok
sejak 1913, kini reputasi Sampoerna identik dengan pendidikan,
pemberdayaan, dan kepedulian. Ini tak lepas dari peran Sampoerna
Foundation sejak 2001.
Unik memang. Setelah sekian lama Sampoerna dilarang masuk kampus
karena produk nikotinnya, kini kampus mengundang Sampoerna karena
empatinya. Inilah pelajaran pentingnya: reputasi. Nama, tidak cukup
hanya dibesarkan dengan spesialisasi. Karena, pemerekan juga membutuhkan
etos positif untuk membangun reputasi.
Bob Sadino pernah menyatakan, hanya orang bodoh yang selalu merasa
tidak punya modal untuk berwirausaha. Padahal, Tuhan telah memberi kita
modal yang luar biasa berupa akal dan indra. Jika pandangan Om Bob
tersebut kita aplikasikan dalam pemerekan, maka sebenarnya kita sudah
punya modal merek berupa nama kita. Selanjutnya, merek kita tersebut
tinggal dipasarkan serta dibesarkan dengan spesialisasi dan reputasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar